HumasDPRD - Komisi D DPRD Kota Bandung mengadakan rapat kerja bersama Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Dinas Sosial, dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bandung, di Ruang Rapat Badan Musyawarah DPRD Kota Bandung, Rabu (5/5/2021).
Agenda rapat kali ini membahas persiapan SKPD terkait dalam merancang tahapan awal pembelajaran tatap muka dan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Kota Bandung.
Ketua Komisi D DPRD Kota Bandung H. Aries Supriyatna, SH., MH mengatakan, perhatian penuh dewan tertuju pada perlindungan kesehatan dan keselamatan peserta didik dan tenaga pendidik saat proses pembelajaran tatap muka berlangsung nanti.
Mencermati paparan Dinas Pendidikan Kota Bandung terkait ketatnya penyelenggaraan proses pembelajaran tatap muka, Aries meminta seluruh pihak ikut mengawasi.
Aries menjelaskan, rancangan perlindungan siswa tak melulu soal menjaga protokol kesehatan di sekolah. Akan tetapi, pola anak berkegiatan di rumah dan lingkungan bermainnya juga wajib jadi sorotan.
Maka, diperlukan pemantauan yang melibatkan Dinas Kesehatan sebagai leading sector serta dibantu aparat kewilayahan yang menerapkan proteksi berdasarkan data pemetaan zonasi sebaran Covid-19.
“Ini peran penting Dinkes dan kewilayahan. Yang menjadi kerisauan, di sekolah anak-anak ini terjaga prokesnya, tetapi jika ada satu orang yang lepas (terpapar), bagaimana pemantauan asal anak tersebut,” ujarnya.
Aries juga meminta Dinas Perhubungan untuk memperhitungkan pergerakan transportasi siswa supaya betul-betul terhindar dari potensi terpapar saat di perjalanan.
“Anak harus terus dalam naungan protokol kesehatan. Dari mulai Si Anak dari rumah, lalu ke sekolah dan pulang lagi ke rumah itu semua harus dalam naungan protokol kesehatan. Terutama untuk masyarakat yang menggunakan angkutan umum, karena setiap langkahnya harus dinaungi prokes,” ujar Aries.
Anggota Komisi D Yoel Yosaphat S.T. menambahkan, era digitalisasi ini seharusnya telah membawa maju sistem transportasi di Kota Bandung. Ia menyontohkan Singapura yang telah menerapkan pola perjalanan publik dengan sistem pelacakan perjalanan dengan hanya berbekal identifikasi berbasis data dari kode batang (barcode).
Yoel merasa hal itu tak terlalu sulit. Dari beberapa kali uji coba, termasuk saat perguruan tinggi ternama di Kota Bandung membantu sistem tracking angkot yang dipasang GPS, pola penelusuran perjalanan publik bisa dimanfaatkan lewat bantuan aplikasi.
Dalam aktivitas perjalanan publik hari ini, sistem pelacakan perjalanan itu sudah umum digunakan publik saat menggunakan jasa berbagi kendaraan (ride-sharing) atau biasa dikenal sebagai ojol (ojek online) dan taksol (taksi online).
Dengan rute perjalanan awal hingga lanjutan yang bisa dilacak ini bisa membantu Dinkes untuk mengetahui pola sebaran jika seseorang terpapar Covid-19.
Sebagai otoritas pengendali transportasi di Kota Bandung, kata Yoel, Dishub sudah seharusnya bisa bekerja sama dengan perusahaan jasa transportasi berbasis aplikasi semacam Gojek dan Grab yang beroperasi di kota ini.
“Bagaimana caranya angkot, Gojek, Grab, bisa bekerjasama dengan Dishub. Gojek dan Grab punya database. Jadi tracking lebih mudah. Saya ingin suatu saat kita sudah bisa memanfaatkan kemudahan teknologi. Siapa saja yang melakukan perjalanan, dari mana ke mana, mungkin bisa dipikirkan bagaimana agar segera diterapkan di Kota Bandung,” ujarnya.
Kepada Komisi D DPRD Kota Bandung, Dishub menyatakan komitmennya untuk mengawal perjalanan para siswa dalam tahap awal pembelajaran tatap muka ini. Sebanyak 36 bus sekolah berbagai rute akan rutin dilakukan sterilisasi dan disiapkan dengan menata kapasitas angkutan sesuai protokol kesehatan.
Sementara itu, Disdik Kota Bandung telah menyiapkan simulasi sebelum penerapan pembelajaran tatap muka dimulai. Latar belakang penerapan tatap muka ini meliputi aspek psikologis anak, learning loss, PJJ sudah kurang efektif, dan anak yang sudah mulai bosan.
Pilihan tatap muka ini tidak mengikat. Orang tua boleh meminta anaknya untuk tetap mengikuti pembelajaran virtual. Berdasarkan SKB 4 Menteri, orang tua diberi keleluasaan untuk mengikutsertakan anaknya pada pola daring maupun luring.
Hasil dari forum group discussion bersama sejumlah stakeholder, Disdik telah membuat penyusunan konsep dan strategi bersama SKPD terkait untuk segera menyebarkan surat edaran perdoman persiapan pelaksanaan uji coba pembelajaran tatap muka.
Uji coba akan dilakukan selama 4 minggu. Minggu pertama akan diterapkan bagi siswa SMP, minggu kedua dimulai bagi murid SD, dan minggu selanjutnya baru boleh diikuti peserta PAUD.
Kapasitas ruang belajar hanya diisi 10-25 persen, dan bergiliran setiap jenjang. Pelaksanaan dilakukan selama 1-2 bulan. Setiap perkembangan akan dilaporkan untuk dilakukan evaluasi. Jika dirasa lancar tanpa hambatan, Disdik akan menerapkan masa adaptasi kebiasaan baru dengan waktu berkisar 1-2 bulan.
Dalam strategi tahapan di tingkat simulasi, kegiatan belajar mengajar di sekolah akan difokuskan pada materi esensial. Jam masuk diberi jeda setengah jam, dan jam pulang pun diatur berjarak agar tidak terjadi kerumunan.
Disdik juga menyiapkan sarana dan prasana berbasis prokes Covid-19, yang mendukung pembelajaran tatap muka hingga pembelajaran praktik.
Kantin akan ditutup, siswa diimbau membawa bekal makanan dan peralatan ibadah masing-masing. Guru akan diberi face-shield serta sarung tangan. Dinkes juga terus melakukan vaksinasi bagi tenaga pendidik yang telah dimulai lebih dari sebulan lalu.
Standar penerapan prokes beserta pedoman pembelajaran tatap muka ini akan dibagikan kepada khalayak melalui kanal media sosial, aplikasi percakapan, spanduk, dan alat pendukung publikasi lainnya.
Adapun terkait PPDB, Aries meminta Disdik segera menghubungkan data dengan Dinsos untuk mengawal hak siswa kurang mampu dalam proses PPDB. Ia tak ingin ada simpang siur data yang mengakibatkan hak siswa kurang mampu terampas oknum yang memanfaatkan klaim sebagai warga tidak mampu.
“Mohon ini diselesaikan. Krusialnya soal klaim masyarakat tidak mampu. Sistemnya sebetulnya sudah ada. Puskesos. Tinggal bagaimana mensinergikannya. Mohon dimatangkan, dikoordinasikan, supaya missing-link ini bisa segera terhubung, terkoneksi. Kami di dewan akan terus mengawal. Saya yakin bapak ibu terus berkoordinasi karena waktu terus berjalan,” tutur Aries.*